Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Si kecil yang sudah besar.. :)

Aku selalu menyayangimu Dalam jarak yang sudah benar2 merenggut kebersamaan kita Dalam waktu yang selalu ingin pisahkan engkau denganku Dalam tiap pulsa yang terhabiskan bukan untukmu Kau tahu? Doa-doa itu selalu terlantun untukmu Aku tak pernah berhenti mendoakan keselamatanmu Aku tak pernah berhenti mengucap namamu Sekedar mengucap halo lewat Tuhan Yang kupercaya bisa sampai padamu Aku tau kita tak biasa beromantis ria Hanya biasa berebut bantal guling Saling mencerca.. Dan kupikir itulah kasih sayangmu.. Kau pernah katakan.. Jangan pergi terlalu lama, karena aku takut kangen.. Disaat itu rasanya semua pertahananku hancur lebur Aku sungguh tak tau bagaimana caranya agar ragaku bisa selalu dekat ragamu Di usia yang masih terlalu bening Aku meninggalkanmu dalam hening Tapi percayalah, kau selalu penting.. Bahkan di saat yang paling genting.. Aku tak pernah sedikitpun membencimu, justru aku sangat merindukanmu.. Semoga Al

#TereLiye

Wanita, kalian tahu, baiklah, akan sy kasih tahu salah-satu rahasia besar mereka: ada sebagian dari mereka yang mampu menyembunyikan perasaan cinta bertahun2, bertahun2 lamanya, tanpa seorang pun tahu, tanpa bocor setetes pun.  Menjaga kehormatan perasaan, boleh jadi, dalam kasus2 tertentu, sama pentingnya dengan menjaga kehormatan diri. Toh, takdir Tuhan tidak akan pernah tertukar. --Tere Liye terkadang, cara terbaik membalas hal2 jahat yg ditujukan kpd kita adalah dgn tdk membalasnya. -Tere liye, rembulan tenggelam di wajahmu oh dear, hidup ini tidak seperti novel, yang kalau halaman sekarang terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah, maka dengan bersabar membaca 10, 20 halaman berikutnya semua selesai, berubah jadi membahagiakan. di kehidupan nyata, kita bahkan perlu 10, 20 hari, bulan, bahkan tahun harus terus bersabar agar semua selesai, berubah jadi membahagiakan. karena itulah, menjadi dewasa oleh kehidupan, memiliki pemahaman

Apa-apa yang tidak membuatmu mati akan membuatmu semakin kuat!

Pernah denger istilah “mau mati aja rasanya”, “mending mati aja deh..” Hehe. orang-orang suka pada sotoy ayam, sotoy babat kalo mati lebih enak daripada ngadepin masalah yang akan ia hadapi.. Padahal.. pernahkah berpikir? Apa-apa yang tidak membuatmu mati maka ia akan menguatkanmu. Masalah yang bertubi-tubi yang seakan membuat kita “ingin” mati, justru adalah cara luar biasa yang membuat kita semakin kuat.  Ingat! Ujian itu bukan lagi soal kemampuan. Karena sudah janji dari Pemilik Semesta ini.. kalo ujian sesuai kemampuan kita. Lalu apa dong yang diuji? yang diuji kemauan kita. Sudah sungguh-sungguh kah kita? *merenungmenatapskripsi*

ini kisah skripsiku? belooom boleh nurida!

Aku percaya. Masing-masing kita punya kisah. Kisah yang terfragmen, kadang tentang keluarga, cinta, teman, sekolah, maupun skripsi. Yang jelas semuanya terangkum dalam sebuah buku besar yang bertajuk kisah kehidupan! Nah, mungkin bakal menarik kalo bahas satu per satu. Tapi alamak, tolong jari awak.. satu aja dulu ya. kisah yang mau aku bahas kali ini adalah. Jeng jeng jeng! Aha! Tentu saja tentang asmara! Asmara pada tugas akhir! Hehe. Tugas akhir. Kerap kita sebut TA atau skripsi. aku sendiri tumbuh dalam lingkungan akademik yang menyebutnya skripsi. yak, skripsi! Rasa-rasanya makhluk lucu ini memang harus dapet porsi tersendiri dalam blogku. Doi sudah resmi bersamaku sejak SK pembimbing turun. Tanggal berapa itu? Hm.. lupa sih. Yang jelas Oktober 2011! Yiha! Skrg sudah Juni 2012 loh skrip! Sudah berapa bulan kamu dalam kandunganku nak? Kok gak lahir2 sih? Baiklah kembali ke topik. Skripsi itu menurutku unik banget. untuk beberapa orang yang kujump

SWASTA, WOI!

Gambar

Dari Alika..untukku, untukmu!

Jum’at lalu(18/5) jadi jum’at yang sangat menyentil sisi sensitifku. Lagi-lagi lewat penuturan seorang bocah. Mungkin karena bocah2 itu dosanya dikit, jadi apa2 yang diomongin jadi makjleb kali ya.. Dan beginilah kisahnya: Long weekend di pekan ketiga Mei ini, membuat kampung mahasiswa Jatinangor menjadi sangat sepi. Mereka yang tersisa di sini (jatinangor) bisa diklasifikasikan menjadi beberapa golongan: golongan perantau (biasanya mahasiswa luar jawa), golongan tidak bisa pulang karena alasan tertentu (tidak ada biaya, harus mengerjakan tugas,dll yang menyebabkan mereka tertahan disini), dan tentu saja golongan pribumi jatinangor. Aku masuk yang mana? Sebenernya aku harus membuat golongan baru, tapi entah ada pengikutnya ato gak.. hehe macam bikin aliran sesat saja awak ni. Jadi sebenarnya aku bisa dikategorikan golongan tidak bisa pulang karena alasan tertentu (GTBPKAT). Alasan apa? Skripsi? No,no,no.. (meskipun agak yes). Tapi alasan paling mendasar adalahà aku sama sekali

Teeeehhh Diiirruuuuuunnn!

“Teh diruuuuuuuuuuuuun..” Itulah suara yang kudengar hampir tiap hari walaupun sedang di kamar sendirian. Suara siapa? Bukan dari penghuni kosan.. bukan pula suara yang sengaja kurekam lalu kusetel di kamar. Hehe ini agak obses.. Suara-suara itu datang dari bawah jendela kamarku. ho? gimana caranya? Kamarku ini ada di lantai 2. Di bawah jendela kamarku ada jalan kecil yang dulu biasa kulewati saat masih tinggal di kosan lama. Jalan terusan yang menghubungkan jalan raya (gang oye) dan kosanku yang lama. Begitulah kira-kira. Lalu hubungannya dengan suara? Mereka yang sering lewat jalan itu untuk berangkat kuliah atau sekedar keluar ke jalan raya, biasa memanggilku tanpa tujuan. Bahkan, mereka tak peduli apakah aku sedang di dalam kamar atau tidak (ini dapet cerita dari salah satu yang meneriakiku tp gak kujawab teriakannya.hehe) Entah kenapa pengen menuliskan ini; kadang hal sepele semacam itu yang membuatku merasa berharga. Merasa masih ada yang mempe