Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Menikahimu

Bukan hanya perkara saat kamu terbangun pagi hari di sampingmu akan selalu ada seseorang.. Tapi ketika kamu sadar bahwa harimu sudah lengkap dengan pagi yang sederhana. Sesederhana setiap pagi menjadi yang pertama melihatnya terbangun atau sebaliknya, ada mata yang siap memandang untuk melihatmu terbangun. Pandangan yang lebih sering diiringi dengan senyum. Adalah ketika kamu sampai di semua tempat tujuan bersama-sama. Bukan karena barang-barangmu kini tak kau pikul sendiri. Tapi lihatlah tanganmu, ada yang menggenggam erat. Di saat itu kamu tahu ada yang hangat. Hatimu seperti lapangan sepak bola, ah tidak, selapang pemandangan dari puncak anjani. Dan kemudian kamu bercita-cita lebih tinggi lagi, mungkinkah selapang di surga kelak jika bersama? Adalah ketika dadamu terasa panas dan sesak oleh amarah. Dia berada di sana. Bukan, bukan untuk menenangkanmu. Tidak. Justru lebih sering panas dan sesak itu terasa padanya pula. Berdua menumpahkan dan berebut mengatakan ego masing-m

Sajak Desember

kutanggalkan mantel serta topiku yang tua ketika daun penanggalan gugur lewat tengah malam.  kemudian kuhitung hutang-hutangku pada-Mu mendadak terasa: betapa miskinnya diriku; di luar hujan pun masih kudengar dari celah-celah jendela. ada yang terbaring di kursi letih sekali masih patutkah kuhitung segala milikku selembar celana dan selembar baju ketika kusebut berulang nama-Mu; taram temaram bayang, bianglala itu ( Sapardi Djoko Damono - 1961)

Perempuan-perempuan Pejuang (copas Jayaning Hartami)

Aku melihat perempuan-perempuan pejuang, Pada mereka yang rela bangun dini hari, memompa ASI sekaligus siapkan sarapan pagi. Lalu saat matahari sedikit meninggi, mereka melangkahkan kaki untuk pergi. Berkontribusi lewat kerja kerja yang menggerakkan perekonomian negeri ini.. Aku melihat perempuan-perempuan pejuang, Pada mereka yang memutuskan tidak bekerja, lalu menghabiskan hari harinya bersama anak dan pekerjaan rumah tangga. Dengan sederet potensi dan prestasinya di masa lalu, cukup baginya ditukar dengan tawa dan pelukan dari para makhluk kecil di tengah tumpukan baju, kompor menyala, serta sudut sudut rumah yang belum tersapu.. Aku melihat perempuan-perempuan pejuang, Pada mereka yang tidak putus mengejar ilmu. Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi agar kelak anak paham bahwa tak ada yang lebih menundukkan hati dibandingkan mengetahui betapa kerdilnya ilmu yang kita miliki. Aku melihat perempuan-perempuan pejuang, Pada mereka yang bersetia