Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

Menangis

“Kamu enak kalo sedih bisa nangis dan cerita” Lalu pergi dan sepulangnya bisa tidur besok bangun seolah tak ada apa-apa.. Sedangkan aku. Tidur tak bisa. Cerita pun ke siapa..  Siapa yang paham rasanya tiap bulan harus merasa gagal.  Sedang ingin bercerita pada yang terdekat justru tangisanku jadi masalah.. Rasanya iri sekali pada mereka yang sulit menangis. Jadi tak perlu dihakimi cengeng, lemah ataupun drama. Padahal menangis adalah salah satu mekanisme pertahanan diri manusia.  Bantu aku Allah supaya tak menangis di depan orang lain. Menangis depan Allah saja. 

tentangnya #1

“Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu” ―  Sapardi Djoko Damono, Ada binar di matanya ketika mengurus tentang uang... semangatnya menyala, gerakannya gesit.. sungguh ternyata passion itu terlihat jelas.. *** Siang itu setahun yang lalu.. saat hendak pergi untuk study tour ke Singapura dan Malaysia, aku menyiapkan diri untuk menukar uang di hari libur. Seperti biasa aku ditemani suamiku.  dan hal yang membuatku takjub kala itu.. betapa suamiku sangat gesit mengurus penukaran uangku dan teman-temanku. Tak hanya mengurus, tapi meminjamkan uang, menghitungnya, dan bahkan membuat pendataan di excel untuk setiap orang! aku? bagian ngamplopin aja... wkwkwk entah kenapa aku berkebalikan. aku sangaaaaaaaaat tidak bisa berurusan dengan uang. makanya keuanganku monoton, hanya nabung, takut resiko, dan keahlian paling mentok adalah berhemat. Melihat suamiku yang sangat memiliki bakat di keuangan menjadikanku berpikir.. menemukan passion di umur ke...

Tumbuh bersama

Sudah lama kami saling mengenal Sampai sekarang beberapa kali kami sering bertemu Sekedar menyapa atau sejenak bersama pun pernah Dari dulu hingga sekarang kusebut ia “kegagalan” Terkadang aku tak bisa membedakan antara ia dan aku..  - catatan tentang gagal lagi di bulan ini

Menelusuri diri

Belakangan banyak sekali yang mengeluhkan betapa sulitnya menjadi dewasa. Tak terkecuali aku. Beberapa kali tercetus dari mulutku “aku capek Allah..” Hingga ku simpulkan bahwa..  Menjadi dewasa adalah tentang bagaimana kita merespon ketika… Bertemu kehilangan berkali-kali… Bertemu hal yang tak disuka berturut-turut… *** Pagi ini aku berkendara dengan hati yang lapang.. Menikmati udara pagi.. Tak merasa berat meski tak ada yang menemani.. Hanya aku dan diriku.. Tak terasa air mata mengalir.. Terkadang aku merasa bingung.. Haruskah aku berterima kasih pada diriku Atau malu terhadap diriku.. Yang masih bertahan disini.. *** 2024 bagiku adalah tahun yang berat. Dan aku yang seperti apa yang hendak terlahirkan dari hal-hal tersebut? Terkadang aku masih bingung.. Aku cuma mengikuti yang Allah mau… bersabar. Minta tolong dengan Sabar dan Sholat. Aku cuma percaya Allah ga akan menyia-nyiakan hambaNya. Meski seluruh dunia menyia-nyiakan kita. Keyakinan ini akan membawaku kemana?

a quote

Apabila yang di depan membuatmu takut, dan yang di belakang membuatmu luka, maka lihatlah ke atas. Sungguh Allah tak pernah gagal menolongmu.  

Amor Fati

Saat ini hanya hampa yang terlihat Kelak.. mungkin gunungan doa kami Akan berjumpa dengan kami.. Ataukah ia akan menjelma menyerupai aku dan suamiku? Nak.. kapan datang? Ibuk rinduuu… *** Malam minggu tempo lalu kami berjalan-jalan ke sebuah toko buku yang cukup besar. Berbeda dengan tempat makan atau pusat perbelanjaan yang ramai saat malam minggu, toko buku itu meski besar namun cenderung sepi.  Aku menelusuri lorong demi lorong rak buku dengan bervariasi perasaan. Kulihat rak best seller, beberapa aku foto untuk aku rekomendasikan pada petugas perpustakaan sekolah agar ia menambahkan pada wish list pembelian. Kemudian ketika mendatangi  Lorong rak buku self development, sempat terlintas.. ah buku-buku ini  dulu kupikir hanya klise, nyatanya sekarang buku-buku itu sangat membantuku melanjutkan hidup. Sungguh perjalanan waktu sangat tak bisa ditebak. Dan sampailah aku pada lorong buku.. children’s book. Tak bisa kutahan airmataku yang jatuh begitu saja. Dulu ibuku membel...

Bingung

semua serba tak menentu ada waktu dimana aku berhasil tidak mengingat dan semua berjalan baik baik saja... tapi ada waktu dimana semuanya datang dan seperti menikam pikiranku. apakah ini wajar apakah ini normal

Mamah mertua terbaik

 Hari Sabtu lalu, tak seperti biasa. Aku mendapat jatah libur dari tempat kerja. Maka sehari itu ku manfaatkan di rumah mertua saja. Sambil menunggu suamiku yang sedang bekerja setengah hari. Sabtu itu.. Aku melihat sisi lain rumah mertuaku. *** Menikahi suamiku artinya aku melekatkan diriku pada keluarganya. Mengenali keluarganya. Dan menjadikan keluarganya sebagai keluargaku. Semakin aku mengenal, semakin aku takjub. Pada anggota keluarga suamiku. Hangat dan guyub. Bagaimana tidak.. Pagi itu, mungkin adalah pagi kesekian.. mama mertuaku pulang dari pasar dan menyibukkan diri di dapur untuk masak menu makan malam hari. Beberapa kali telponnya berdering.. satu persatu kakak dan adiknya menelpon. Suara yang di loudspeaker membuatku bisa mendengarnya dari dalam kamar. Aku sangat mengenal suara masing-masing penelepon mamah. Bergantian mereka menelpon.  Setiap kakak dan adik yg menelpon saling menanyakan kabar dan berbagi cerita. Kuhitung-hitung sudah hampir semua menelpon mamah....

Cuma Pengen Telpon Doang

Gambar
Saat mengantar Mamah dan Om Su menuju tempat arisan. Hp milik Om Su berdering terus menerus tapi tak terdengar suara. Hingga yang terakhir saat kutekan tombol loudspeaker baru terdengar. Ternyata anaknya yang di pondok yang berusaha menghubungi Om Su. "Bapak lagi di jalan le.. telpon ibu aja di rumah. eh tapi ibumu tidur. Ada apa telpon?" Ujar Om Su.  “Cuma pengen telpon doang” jawab Apin, anaknya di seberang sana. *** Kata-kata "Cuma pengen telpon doang" rasanya jadi seperti magis buatku. Betapa banyak orang yang kita sayang sudah enggan menelpon hanya karena tak punya alasan menelpon. Termasuk aku. Berapa banyak kesempatan kubuang. dan betapa sulitnya mengucapkan hal tersebut "cuma pengen telpon doang"..  Terima kasih Apin, terima kasih Om Su... sudah memberi satu lagi pelajaran. semoga setelah ini, tidak perlu takut lagi telpon orang tua ataupun orang yang disayang lainnya.. Aku pun mencoba menyampaikan secara tertulis bahwa aku sayang sekali sama bapak...

Menyembuhkan diri

Menyembuhkan diri dari luka bukanlah hal yang mudah. Inginnya cepat sembuh Tapi ternyata butuh waktu. Terkadang bersama waktu pun tumbuh luka luka lain..  sehingga luka menumpuk. Tapi tak apa.. hidup hanya sebentar.. membawa luka pun hanya sebentar. Bersyukurlah bagi kita. Yang selalu punya tempat menyembuhkan (bukan melarikan) diri. Tempat itu bisa berupa orang, pelukan orang, ubin masjid, karpet masjid, atau sekadar kursi minimarket. Tempat yang tentunya disukai-Nya bukan rokok, minuman keras, ataupun hal haram lainnya. Sehingga jika terjatuh maka tak menjauh.  Bersyukurlah bagi kita.. Yang bisa menumpahkan air mata. Tanpa paksaan untuk menghentikannya.  Bersyukurlah bagi kita.. Yang masih punya memori kuat tentang kebahagiaan Sehingga semua sakit tersebab orang bisa kita tumpuk dengan memori kebahagiaan dan kebaikannya. Bersyukurlah wahai aku, Yang selalu punya pilihan diam.. dibanding mengatakan keinginan.