Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Trying to Conceive part 2

Gambar
Pernah kuceritakan dengan celoteh riang tentang ikhtiarku untuk memiliki keturunan pada postingan:  http://nuridasaridewi.blogspot.com/2018/06/trying-to-conceive-ttc-journey-hai.html . Namun ternyata butuh waktu dan tenaga yang besar untuk melanjutkan kisah itu. Dan kini 2 tahun sejak tulisan itu kuposting, aku masih dalam penantian yang sama. Indikasi dari beberapa dokter menunjukkan ada banyak polip di endometrium dan kami dirujuk untuk melakukan Laparoskopi. Namun setelah mencari tahu biaya, maka kami mundur pelan-pelan hihi. Kami pun berusaha dengan akupuntur, minum obat herbal dari salah satu sinshe langganan orangtuaku, dan juga pola makan yang lebih sehat. alhamdulillah polip dinyatakan hilang pada pertengahan 2018. Juni 2020 Seharusnya bulan ini aku dan suamiku berangkat ke Jogja untuk melakukan ikhtiar inseminasi. Ya, inseminasi karena kami hampir memasuki 5 tahun masa infertilitas primer jadi saran dokter adalah melakukan inseminasi. InsyaAllah tabungan selama 4 tahu

#SembariMenanti 1

Kita tidak pernah tau bahwa orang-orang yang ada di sekitar kita, kenal maupun tak kenal, lalu lalang hadir dengan sengaja atau tak sengaja, mereka sedang bertempur dengan pertempuran mereka masing-masing. Ada kalanya pertempuran itu disebut penantian.  Aku sungguh takjub dengan orang-orang yang dalam sepi berjuang menanti. Tak ada keluh, tak ada airmata di depan orang-orang, tak ada marah, tak kelihatan apapun tapi tetap tegar dengan penantian. Dan mereka sibuk dengan aksi mereka sembari menanti. Adalah mereka yang berusaha menguatkan hati berkali-kali saat ditanya tentang kesendiriannya. Pada mereka ingin kuberikan pelukan terhangat. Mereka membuatku belajar tentang hati yang tegar, prestasi yang tak surut, serta jiwa yang kuat karena mandiri. Tak perlu kau tanya kapan dan mengapa masih sendiri, tunggu saja masanya jika mereka ingin berkisah. Bisa jadi kadar takwa mereka di hadapan Allah lebih tinggi karena sabar dan beraksi menebar manfaat sembari menanti. Maka melalui tulisa

Istimewa meski Sepi

Kita tak pernah tau adakah kelak kita disapa jumpa pada pertemuan ke entah ataukah yang lalu adalah pamungkas kita? Ramadhanku. Sampai jumpa.. Syawal telah mencapai tengahnya. Namun, kenangan Ramadhan belumlah berlalu dari hatiku.Meski Pandemi membuatnya sunyi, ramadhan tetaplah istimewa di hati. Tak ada tarawih di masjid, tak ada suara lantunan tadarus dari masjid. Sehingga hingarnya kami simpan di dalam rumah. Perjumpaan dengan tamu istimewa memang tak disiapkan dengan sangat matang, tapi setidaknya aku dan suamiku mencoba menghadirkan hingar bingarnya pada saat Rajab datang. Kami mencoba berpuasa daud meski sedikit tak utuh. Pun dengan membaca Al-Quran, setiap hari kami mencoba mencintai kalam Allah dengan membacanya. Hingga sampailah umur kami di Ramadhan-Mu tahun ini. MasyaAllah gemuruh dada ini bersemangat membaca Al-Quran karena murid-muridku sendiri pada hari ke-4 sudah ada yang khatam. Aku dan suamiku pun berlari membaca sebanyak-banyaknya huruf-hu