Awalnya.. Kupikir mungkin harga diriku dibatasi oleh punya atau tidaknya anak. Atau bisa jadi harga diriku juga ditentukan oleh cantik atau tidaknya rupaku. Lalu.. Aku mencari-cari alasan bahwa keberadaanku cukup berharga. Aku mencari-mencari makna diriku untuk melanjutkan hidup. Hal yang cukup membuatku kesulitan tempo lalu. Betapa baiknya Allah.. akhirnya aku dihadapkan pada hal-hal yang membuatku putus asa. Setiap melangkah bagai ditusuk dari belakang. Tak tahu harus kemana. Tak tahu harus bicara pada siapa. Satu-satunya orang yang bisa membuatku normal lagi, justru tidak nyaman jika kuajak bicara tentang hal tersebut. Lalu aku sadar.. tak ada tempat bergantung. Yang membuatku tersungkur betapa lemahnya aku, dan betapa Maha Besarnya Allah. Kupikir saat itu adalah akhir dari perjalananku. Ternyata.. Babak baru dalam hidupku. Bahwa aku masih harus hidup sekali lagi. Bahwa aku harus menumbuhkan yakin dalam hatiku. *** Aku banyak menangis kala itu. Di sekolah, di motor, di rumah, d...