Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2025

Persimpangan

Perempuan itu adalah peta yang dilipat berkali-kali hingga jejaknya hilang; sehelai kenangan yang ditiupkan angin dari jendela yang pernah terbuka,  kini tinggal debu di ambang pintu. Ia berdiri di persimpangan yang tak punya nama,  tempat kemarin dan nanti saling tatap tanpa sapa. Dalam saku gaunnya,  hanya tersisa remah-remah janji yang tak sempat jadi roti.  Dan aroma hujan, bau tanah yang tak ingin lagi ia pijak. Rumah yang dulu adalah punggung yang disandarkan,  kini hanya dinding yang dingin,  bahkan bayangannya sendiri telah menyelinap pergi,  tak ingin berbagi sepi. "Aku tak diinginkan," bisiknya pada udara yang tak mendengar,  pada sepasang sepatu yang ragu melangkah. Di hadapannya..  Jalan berbatu yang menuju tak tahu,  di belakangnya..  sepasang lengan yang tak lagi mau memeluknya kembali. Maka ia pun menjadi sunyi yang paling biru,  menggantungkan dirinya sebagai embun di ujung daun. Menanti, dengan sabar seperti wa...

Mengenang Sang Dosen Wali

Mereka yang hadir adalah takdir..  Tak sengaja melihat kembali profil instagram dosenku di Unpad. Pak Ipit namanya. Semoga saat ini Allah lapangkan kuburnya karena ilmu yang beliau berikan pada kami selama hidupnya. *** Siang itu aku mendapat telpon dari nomer yang tak dikenal. Tak kuangkat. Lalu masuklah sms dari nomer tersebut. Marah-marah. Sms yang masuk kemudian kubaca baik2. Isinya “Jangan ganggu laki-laki yang sudah punya istri dan anak!” Aku terhenyak. Alhamdulillah daftar laki2 yang ku sms tak banyak. Ah ya tahun itu blm ada chat wa, masih menggunakan sms untuk berkomunikasi.   Aku pun langsung menyadari dan membalas dengan meminta maaf. Aku sadar wanita di seberang sana sedang emosi dan terluka. Aku menyampaikan bahwa aku memang suka kirim sms tausiyah. Tapi kepada laki-laki, sms tausiyah hanya kukirim ke dua orang saja. Bapakku dan dosen waliku: Pak Ipit. Hal itu yang membuatku cepat menyadari siapa wanita yang mengirimiku sms. Karena tak mungkin itu istri bapakku ka...