Dari Alika..untukku, untukmu!


Jum’at lalu(18/5) jadi jum’at yang sangat menyentil sisi sensitifku. Lagi-lagi lewat penuturan seorang bocah. Mungkin karena bocah2 itu dosanya dikit, jadi apa2 yang diomongin jadi makjleb kali ya..
Dan beginilah kisahnya:
Long weekend di pekan ketiga Mei ini, membuat kampung mahasiswa Jatinangor menjadi sangat sepi. Mereka yang tersisa di sini (jatinangor) bisa diklasifikasikan menjadi beberapa golongan: golongan perantau (biasanya mahasiswa luar jawa), golongan tidak bisa pulang karena alasan tertentu (tidak ada biaya, harus mengerjakan tugas,dll yang menyebabkan mereka tertahan disini), dan tentu saja golongan pribumi jatinangor.
Aku masuk yang mana? Sebenernya aku harus membuat golongan baru, tapi entah ada pengikutnya ato gak.. hehe macam bikin aliran sesat saja awak ni. Jadi sebenarnya aku bisa dikategorikan golongan tidak bisa pulang karena alasan tertentu (GTBPKAT). Alasan apa? Skripsi? No,no,no.. (meskipun agak yes). Tapi alasan paling mendasar adalahà aku sama sekali tidak tahu kalau ini long weekend. Kok bisa? Bisa banget, karena bagiku semua hari adalah hari libur. Aku ga tau ada tanggal merah nyempil dan membuat hari selanjutnya dideklarasikan sebagai hari kejepit nasional. 
Baiklah, skip!
Akhirnya aku membuat rencana untuk hari jumat adalah; Renang dan bekam.
Entah bagaimana ceritanya Allah menggerakkan hatiku untuk renang. Karena merupakan hal yang empiris bahwa seorang nurida sari dewi tidak bisa renang. Lalu? Ya, baiklah ini salah stu ikhtiarku untuk belajar renang.
Berangkat dari jatinangor menuju kolam renang Al-Ma’soem bareng Minda sekitar pukul 13.15wib dan 15 menit kemudian sudah sampai TKP.

Lalu..

Tiba saat aku belajar meluncur, aku sempat melihat Minda memanggil seorang anak perempuan berusia sekitar 6tahun-an berpakaian renang muslimah warna pink lengkap dengan kcamata renang dengan warna senada. Awalnya aku tidak begitu tertarik dengan anak ini. Kupikir dia pasti anak yang sedang les renang disana dan itu hal biasa menurutku. Akupun melanjutkan latihan-latihan cetekku.
Sampai akhirnya ketika Minda melakukan interview2 yang agak mendalam (aku nguping), barulah aku tau anak itu bernama Alika, ia berusia 7tahun dan tidak punya kerabat di area kolam renang perempuan. Ia datang bersama bapaknya yang menunggunya di luar. dan keberadaannya di kolam renang sesuai prediksiku, les renang privat.
Anak itu.. sengaja diikutkan les renang seminggu satu kali. Dan baru 2 bulan saja ia telah menguasai berbagai macam gaya (gaya katak, bebas, dan kupu2). Subhanallah!
Sebenarnya bukan info tentang anak ini yang membuatku tertohok. Namun, saat aku melakukan dialog bersamanya
***
Aku: Alika masih kecil tapi kok berani renang? Gak takut tenggelam?
Alika: *geleng-geleng*
Aku: emang sama sekali gak pernah tenggelam ya?
Alika: gak pernah. Eh pernah sih. Waktu kecil..
Aku: waduh, trus kok masih mau renang?
Alika: karena Alika pernah tenggelam makanya Alika ingin belajar renang. biar nanti Alika engga tenggelam lagi.

Subhanallah..

***
Karena Alika pernah tenggelam makanya Alika ingin belajar renang” 
Baiklah. Ini menjawab semua keragu-raguanku tentang belajar renang bahkan ttg skripsi. Bocah ini berhasil men-skak-mat aku!
Ketakutan itu justru jadi motivasi utamanya untuk bangkit!
Ketakutan itu.. justru jadi kekuatan untuknya.

***
Egoisnya aku ini ya.. menjadikan ketakutan sebagai alasan untuk tidak maju. Menjadikan ketakutan.. sebagai pembenaran atas tertundanya semua ini.

Nyatanya: rasa takut itu juga berupa nikmat dariMu. Maka, mengapa ini menjadi salah satu hal yang membuatku hampir putus asa?
ketakutan Ini nikmat-Mu kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Vacation ; Well spent