4 rumah dalam 1 hati :D


Perkenalan pertama dengannya bukanlah hal mudah buatku. Dalam keadaan hormon somatropin yang sedang melejit gak karuan, perasaan benci dan tidak suka jadi yang paling utama kurasakan di awal bersamanya. Tapi waktu selalu menyediakan kesempatan buat kita membuka hati dan mengenal lebih dekat. Hingga kebersamaan yang kurang lebih 3 tahun 4 bulan membuatku jatuh hati padanya.
Bersamanya..panggilan “lembeng” pertama berdengung dalam hidupku sampai saat ini. hihi. ada cinta yang terlalu.. untuk jejak-jejak kesendirian di rumah, untuk waktu berdua bersama pegiat nafkah keluargaku, untuk pertemanan dan persahabatan dalam bingkai kisah kasih yang katanya paling indah.. masa-masa di sekolah.
Terima kasih Allah sudah meletakkannya di Indonesia dan tertata rapi di hatiku. Terima kasih, Balikpapan.. terima kasih untuk menjadi Rumah kedua yang selalu membuatku ingin kembali.

di masa yang berbeda.. aku berkesempatan merasai perkenalan dengan yang lain..

dia yang kedua.. Mengenalnya bagiku bagai berada di kelas akselerasi. Semuanya berjalan begitu cepat, tapi selalu tepat. Dialah yang mengenalkan aku pada diriku dan tuhanku. Lewat cara-cara ajaib yang tak pernah kuduga, bersamanya aku pertama kali menutup auratku, mempelajari lebih dalam tentang data agama di KTPku, dan berjuang mengeja i-s-l-a-m dalam f-i-k-o-m.
Si surganya pucuk-pucuk ketinggian.. bumi parahyangan yang udaranya sangat aku nantikan di setiap weekendku hehe.. dia memberiku panggilan baru di data hidupku, Dirun. Berasal dari Nurida yang dibalik, menjadi ADIRUN. Dan lebih akrab Dirun..
Terima kasih untuk persaudaraan islami, untuk jurnalistik ciamik, untuk kos-kosan yang selalu seru.. terima kasih Jatinangor-Bandung karena telah masuk dalam ruangan yang kusebut cinta di sudut hatiku.

tak lama kemudian.. aku harus segera menemui yang lainnya yang ketiga..
Aku pernah sekali membencinya dan berharap tak pernah bertemu dengannya. Tapi skenario hidup tak pernah habis memberiku kejutan. Setaun ini aku percaya, rasa tak suka yang berlebihan itu bisa terbolak balik seeenaknya. Dialah ibu yang terlalu renta menampung banyaknya anak-anak dari berbagai daerah.. yang terkadang bukannya menghormatinya, tapi malah mengkhianatinya. Kehidupan keras dengan teriakan-teriakan kasar orang-orang di jalan, kaki yang harus siap berdiri sangat lama sambil berdesak-desakan di angkutan andalan berupa bus trans dan commuterline, kegigihan mencari ilmu yang tergambar di wajah teman-teman kuliah, dan masih banyak hal seru lain.. yang membuat perspektifku mulai goyang. Dialah.. kota yang setia.. menemani orang-orang mengeruk nafkah.. setia meski dicaci, setia meski dikotori.. dia selalu menunggku kita untuk berubah.. menjadi cermin dari keseluruhan bangsa kita. menjadi kota yang lebih ramah dan nyaman untuk ditinggali. Jakarta, terima kasih untuk panggilan Rida darimu untukku, seperti panggilan dari orangtuaku untukku. Karena kaulah ibu itu.. ibu kota yang berjuang sendiri. Semoga aku bisa membaktikan diri menjadi individu yang membaikkanmu..

dan yang terakhir tapi utama.. perkenalanku dengan yang selanjutnyaa..

Dialah tempat ketika semua petualanganku beristirahat. Tempat paling sempurna yang selalu menjadi cinta pertamaku. Bersamanya panggilan “Idol” yang berasal dari Nuridol mulai membuatku teridentifikasi secara sosial. Semarang, tak pernah habis cerita tentangmu.. maaf karena masa-masa kuliah di Jatinangor aku sibuk dengan kehidupan baruku di sana, hingga sombong sekali menyempatkan diri untuk mengunjungimu.

Hingga tiba masa pengumuman diterimanya aku melanjutkan kuliah di ibu kota,. membuatku mengukir janji pada seorang wanita yang kutau surga berada padanya.. aku janji untuk sering pulang ke rumah. sesempit apapun waktuku. Terima kasih,, mengajarkanku bahwa kapal diciptakan untuk berlayar..bukan berlabuh :D
Semarang.. dermaga yang selalu merindu dan kurindu..


ditulis di bangku 11 D, gerbong 6, Kereta Api Argo Sindoro. end 21.14 WIB.
setelah sekian lama akhirnya dapet juga kursi yang sebelahnya kosong jadi ga sungkan buat ngeluarin leptop :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Membawa Pertanyaan-pertanyaan yang tak memiliki jawaban