Sampai nanti
Hampir 20 tahun tapi aku belum kehabisan cara untuk merindukanmu. Siapa sangka, aku menemukanmu dalam sosok yang bahkan awalnya wajahnya pun tak sanggup kulihat lekat-lekat. Seorang perempuan tua di sampingku dengan lembut merapihkan rambut yang muncul di wajahku saat aku memakai mukena. Tak berani kulihat wajahnya, hanya sanggup melihat tangannya saat menyentuh wajahku. Tangan keriput, putih dan kurus. Seperti tanganmu. Berapa kali memori tentang kau memangkuku terputar di kepalaku. Tanganmu memelukku. Kita hanya punya sedikit waktu, tapi kenapa waktu yang telah banyak berlalu tak jua menghapus yang sedikit itu. Tapi sejenak aku sadar. mungkin aku tidak benar-benar ingin sang waktu menghapusmu. Ya, aku menyimpanmu, rapi sekali. Entah dalam salah satu jaringan sarafku yang rumit atau dalam darah yang mengaliri sela-sela hatiku atau mungkin dalam kelenjar air mataku. Aku tak tau persis dimana letakmu dalam satu kesatuan diriku, aku merasa kau ada di ketiganya da...