Perkara Kerudung Kuning
Pagi itu, di kerumunan remaja-remaja berjilbab kuning kunyit yang akan mengikuti wisuda Al Quran, saat sedang mencari seseorang, kutemukan satu di antara remaja berjilbab kuning kunyit sedang bersedih. Di sebelahnya ada 2 guru yang sedang menghibur.
Alasan sedihnya mungkin sepele bagi orang lain:
Jilbab kuning yang dibagikan sekolah ukurannya terlalu kecil untuknya.
Cukup membuatku tertohok.
***
Berproses ibarat sebuah garis panjang yang dihubungkan oleh titik-titik pencapaian yang tempatnya berpindah-pindah, kadang garis tersebut terhubung ke titik di atas, namun bisa jadi selanjutnya garis itu menuju ke titik di bawah.
Idealnya tentu saja proses yang baik adalah proses yang menunjukkan garis-garis tersebut menuju ke titik atas.
Namun, banyak faktor yang membuat titik tersebut berpindah-pindah tempat, faktor internal maupun eksternal.
Dalam hal ini aku ingin membicarakan betapa tertohoknya aku dengan kesedihannya. Kesedihan yang kucemburui. Sedih karena tak sempurna dalam menutup aurat.
Di antara banyak remaja yang sedang berproses, usia dimana aktualisasi diri adalah nomer 1 dan tak terbiasa serta masih malu dengan jilbab yang menutup dada sehingga menaikkan jilbabnya, ternyata masih ada yang gelisah dengan kondisi tersebut.
Kejadian ini seakan mengingatkanku, bahwa ada aturan Allah yang melampaui segala keinginan untuk berpakaian. Menamparku keras, bahwa menjadi orang tua mereka adalah menjadi teladan, memperlihatkan bahwa aku melakukannya sebelum mereka melakukan.
***
Di kamar mandi tempat wisuda Al Qur'an dilaksanakan, siswa tersebut mengganti jilbabnya dengan jilbab teman yang lebih besar. Sedihnya hilang, berganti senyum. cantik sekali.
Case closed.
tapi tak selesai di hatiku.
masih teringat dan berusaha mendoakan..
bahwa menjaga diri dari aturan Allah adalah hal yang berat, maka kuatkanlah ia ya Allah...
Terima kasih nak,
Terima kasih Syakira...
Komentar
Posting Komentar