Postingan

How’s life?

Aku bukan dandelion, edelweiss, maupun bintang terang di langit. Aku lah pohon tak berdaun itu.. sendirian di tengah tanah yang kering dan hampir retak. Rantingnya lemah seakan hampir-hampir patah saat bertemu angin.  *** Allah dalam ketidakberdayaanku.. Yang tak lagi bisa membedakan mana nyata mana palsu Yang tak lagi mampu menopang rasa percaya Yang tak lagi bisa mendengar apa kata hatiku.. Yang tak lagi bisa melihat karena semua begitu gelap di sekitarku.. Yang tak lagi mudah menyampaikan apa yang kurasa.. Aku meminta pertolonganMu.. Aku tidak meminta apa-apa yang mahal.. hanya tolong aku.. Aku tak memiliki siapapun untuk dimintai tolong.. Aku sungguh-sungguh memanggilMu.. Satu-satunya nomer darurat yang tak akan menolakku. Jika jalan ini yang Kau pilihkan untukku.. jangan tinggalkan aku sedetikpun.  Maaf kalau masih banyak menangis. 

Sate terenak sedunia

Tadi malam saat hendak tidur.. Ritual menuju tidur sudah dilakukan.. Namun begitu aku tanya “makanan tadi masih ada ga ya?” Langsung secepat kilat beranjak dari kasur dan membelikan aku sate.. Lalu kami makan bersama. Sate terenak sedunia. Semoga Allah senantiasa memudahkan jalan hidupmu bo.. karena selalu mengusahakan yang terbaik di waktumu istirahat.. maafkan aku yang banyak ngomong ini ya..  Sungguh yang kuminta ga ada apa-apanya dibandingkan yang kamu beri.. 

Selamat Hari Ibu

 Selamat hari ibu.. nurida! Selamat telah berjuang dan bercita-cita menjadi seorang ibu! Tidak apa jika di dunia belum bisa ketemu..  Kelak di surga.. kita ketemu ya nak! Rinduuuu sekaliii ibuk!

Aku pernah Jahat (Menelusuri Diri #3)

Aku pernah menjadi orang yang jahat.. mungkin sampai saat ini masih jahat. Mempermasalahkan hal-hal sepele.. membuatnya meledak seperti bom.. Aku pernah menjadi orang yang sangat egois.. memburu-burunya seakan akulah yang terpenting.. Aku pernah meletupkan api cemburu berlebihan.. memburu-burunya dengan berbagai pertanyaan yang melegakanku namun mematahkannya.. Aku pernah menjadi sok tau.. hingga  membuat situasi menjadi tak nyaman.. Aku pernah berkali-kali berjanji hingga mengemis kesempatan namun tetap mengulang kesalahan yang sama.. Masih banyak aku pernah aku pernah lainnya.. Banyak kesabaran yang telah menampung segala itu.. Maka wajarlah jika redup itu muncul.. Aku hanya memvalidasi keburukanku.. tidak mau menyangkal.. tidak mau berlindung dari alasan apapun.. itulah aku si pemilik keburukan.. Setelah memvalidasi.. jelas yang kurasakan adalah malu.. betapa buruknya diri ini.. Selain itu penyesalan yang katanya suka terlambat datang, kini kurasakan.. Padahal banyak hal yang bi...

Menelusuri Diri #2

Awalnya.. Kupikir mungkin harga diriku dibatasi oleh punya atau tidaknya anak. Atau bisa jadi harga diriku juga ditentukan oleh cantik atau tidaknya rupaku. Lalu..  Aku mencari-cari alasan bahwa keberadaanku cukup berharga. Aku mencari-mencari makna diriku untuk melanjutkan hidup. Hal yang cukup membuatku kesulitan tempo lalu. Betapa baiknya Allah.. akhirnya aku dihadapkan pada hal-hal yang membuatku putus asa. Setiap melangkah bagai ditusuk dari belakang. Tak tahu harus kemana. Tak tahu harus bicara pada siapa. Satu-satunya orang yang bisa membuatku normal lagi, justru tidak nyaman jika kuajak bicara tentang hal tersebut. Lalu aku sadar.. tak ada tempat bergantung. Yang membuatku tersungkur betapa lemahnya aku, dan betapa Maha Besarnya Allah. Kupikir saat itu adalah akhir dari perjalananku. Ternyata.. Babak baru dalam hidupku. Bahwa aku masih harus hidup sekali lagi. Bahwa aku harus menumbuhkan yakin dalam hatiku. *** Aku banyak menangis kala itu. Di sekolah, di motor, di rumah, d...

Mimpi

Mimpi itu terus datang.. Orang yang sama.. Kejadian yang mirip di setiap mimpinya.. Apakah karena aku trauma?  Berikan petunjukMu ya Allah..

Perkara lisan

 PR besarku abad ini adalah menjaga lisan.. Sebenernya sudah jadi PR sejak lama. Tapi setelah kehilangan banyak hal akibat lisan, aku merasa aku harus ekstraaaaa lebih berhati-hati. Berita buruknya adalah.. hal itu suliiiit sekali.. apalagi aku terbiasa cablak.. berbicara sesuatu langsung tanpa pikir panjang.. terlebih kepada suamiku.. orang yang selalu menjadi Ring 1 ku… tempat aku cerita segalanya dan berbicara banyak hal. Bahkan perasaan tak sukaku terhadap hal-hal yang tak kusuka darinya maupun dari hal lain.. Namun, belakangan aku baru memahami.. “baik-baik saja” di aku belum tentu nyaman di orang lain.. Saat bersama teman-temanku mereka terbiasa dengan lisanku dan kami menertawakan bersama. Tapi mereka adalah ring kesekian.. yang masih punya rasa gaenakan untuk menegur.. Takdir pun membawaku…  Menyadari.. bahwa orang terdekatku, orang yang paling kupercaya untuk kembali padaku seperti apapun keadaanku.. bisa saja berubah.. Maka di sela-sela waktu waktu terbaik.. aku meny...