Jangan Bilang Siapa-siapa..




Saya rindu “jangan bilang siapa-siapa”  masa kecil dulu. Cuma berkisar dalam permainan petak umpet dengan teman,  ketika ngisengin adik, bermain korek api dengan kakak, diam-diam makan indomie instan, dan hal membahagiakan lainnya.

Tapi.. detik ini saya benci dengan kata-kata itu; jangan bilang siapa-siapa. Apa bedanya dengan Avada Kedavra? Membuat saya terkutuk untuk meyimpan geram pada diri sendiri. Oke saya diam. Dan nyatanya pertunjukkan demi pertunjukkan memberi tahu saya rentetan peristiwa yang bikin saya makin ngerasa gak berharga karena tak bisa melakukan apapun.

Pertunjukkan apa? pertunjukkan paling mencengangkan; kehidupan. Dari yang drama sampe horor ada semua. Tapi ya itu, yang paling menyakitkan ketika tahu gunanya saya Cuma nonton. Ga bisa aksi, ga bisa masuk kesana. Hal-hal sebelum maupun sesudah “jangan bilang siapa-siapa” cuma bisa berputar-putar di otak, kadang juga bikin berantakan hati saya karena dipenuhi benci. Dan lagi-lagi tidak ada cara ke sana. mengusut kebencian itu.

Jangan bilang siapa-siapa  pertama yang bikin saya benci sama diri sendiri adalah tentang rintihan teman dekat saat itu. yang kini entah dimana.
Pernah denger berita tentang anak yang diperkosa bapaknya sendiri? Nah, saya punya temen yang seperti itu juga. Tapi apa yang bisa saya perbuat. Cuma bisa ikutan nangis dan dengar apapun yang ingin ia ceritakan. Paling mentok ngasi handphone biar doi bisa ngehubungin saya kalo ada apa-apa. Walaupun lagi-lagi saya ga bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa memberi hati, untuk siap mendengar. Lapor polisi? Sudah pernah dilakukan. Tapi semua ternyata bisa diselesaikan dengan uang ya. Kala itu, saya baru berlepas diri dari putih abu-abu. Tidak punya kuasa apapun,segala ide masa muda sudah ditumpahkan, tapi buntu. Orang tua? Saya hanya tinggal berdua dengan bapak. Bapak yang sangat sibuk. setelah itu, terasa atau tidak, tapi  saya belajar untuk membenci diri saya karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan kali ini cerita hampir serupa datang lagi. dan lagi-lagi.. mantra itu muncul dari mulut seorang perempuan yang dekat sekali dengan saya. Tangisan yang sama..

Allahu Rabbi..
Saya bisa apa ketika semua pintu ikhtiar sudah saya coba buka. Benar-benar tidak bisa selesai lagi kah ini?
Sementara saya melihat laki-laki itu berkeliaran menebar jaringnya.. laki-laki itu dengan segala citra baik yang melekat pada dirinya. Allah maafkan, Saya benci dia. Sungguh saya benci dia dengan segenap hati saya.

Ah perempuan jagalah dirimu. peliharalah dirimu. yang terlihat baik belum tentu baik.. sungguh, Allah sebaik-baik penilai. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Vacation ; Well spent