Menuju Rinjani (Bagian 2: Sembalun, Surga sebelum Surga)



"Lanjut aja! Aman!"
Itu yang berkali-kali dia katakan padaku setiap aku menoleh ke belakang, hanya menatap. Tapi dia selalu tau, dalam tatap itu tersimpan tanyaku "baik2 aja kah bawa dua tas?"

Tanjakan tanpa ampun dari pos 3 hingga pelawangan sembalun membuatku merana. Merana bukan karena medannya yang terlalu sulit tapi karena aku merasa membuat susah si doski, yang rela banget bawain tasku. Bawa dua tas men. Kerir di punggung, daypack gempal di depan. Udah ga ngerti lagi, kegendutan suamiku ini tidak bisa disalahartikan..

Ternyata dalam lemak yang tebal tersimpan kekuatan bramakumbara brotosanjoyo mogobotongo.

Dan setiap dia menjawab seperti itu aku kembali berjalan. Karena cuma itulah tugasku: melangkahkan kaki.

***
Rinjani telah menjadi mimpi kami sejak menikah. Sempat terpikir untuk berlibur ke Rinjani lalu lanjut Flores setelah syukuran pernikahan Desember 2015 lalu. Namun melihat budget dan pertimbangan lainnya (musim hujan), kami putuskan untuk tahan dulu. Dan berjanji akan mendatanginya sesegera mungkin.

Dan datanglah kesempatan itu

***

25 Juli 2016 – Praya - Sembalun

Bandara Internasional Lombok Praya

Hampir pukul 3 sore saat itu di pulau seribu masjid, Lombok, kami menapakkan kaki. Ini kali kedua saya dan kali pertama suami berkunjung ke pulau ini. Bagi saya, Lombok selalu memiliki pesona untuk didatangi lagi dan lagi, karenanya pas nyampe justru saya yang seneng sendiri. Bojo saya cool-cool aja (tapi mungkin hatinya gebyar gebyar).
 
Mobil jemputan Pak Uri



Keluar dari bandara kami sudah dijemput oleh Pak Uri yang memakai APV hitam. Awalnya kami Cuma pake Pak Uri untuk anter jemput Bandara-Sembalun, tapi pas perjalanan Pak Uri menawarkan kesepakatan perut bundar, dengan anter jalan-jalan sebelum pulang ke bandara, bahkan nawarin nginep di penginepan punya dia. Waw ini keajaiban alam, aku mempercayainya.

Langsung deh kami iyain dengan cepat,tepat dan senyap.

Dari bandara kami langsung menuju Sembalun untuk menginap semalam di penginapan milik Pak Guru. Sepanjang perjalanan dari Bandara hingga Sembalun, diri ini dilanda DDT.. Dikit-Dikit Takjub. masyaAllah bet ya Lombok ini cantek bet, kanan kiri pegunungan indah banget. Kami sempet mampir sholat di perjalanan dan mampir di tempat poto namanya wisata pusuk Sembalun.



mampir sholat di perjalanan


bukti katrok liat pemandangan bagus




Perjalanan bandara ke Sembalun memakan waktu hampir 3 jam. karena kami sampai di tempat pak Guru sudah hampir gelap dan penuh kabut sana sini. Hihi begini nih penampakan basecamp Pak Guru. Kami nginep di sini semalem dan hemat bet, Cuma bayar sukarela terserah jiwa raga ini mo bayar berapapun.



my bojo with Pak Guru

Penginapan semalam di tempat Pak Guru



kamarnya cuma sekotak hihi pake triplek tapi lumayanlaa
Malam makin merangkak.. dan jangan tanya suhunya, orang kalimantan ini super katrok. Kedinginaaaaan tapi senaaaang. Dingin yang dirindukan gitu. Cahyo semaleman packing barang karena besok pagi kami sudah mulai mendaki. Sedangkan aku? Kelaparan. Malem itu kami makan mie buatan istri pak guru dan sempet cari snack buat mendaki di warung dekat rumah pak Guru lalu bergegas istirahat untuk hari esok yang lebih berwibawa.

26 Juli 2016 Sembalun – Plawangan Sembalun

Siap dengan kostum mendaki:  celana gombrong bunga-bunga punya ibu (ukuran XXL) dan kaos merah “Alhamdulillah” jualannya Krisno pada jaman dahulu kala, serta tak lupa jilbab kaos warna pink. Aku melangkah dengan deg-degan: BENERAN NIH NAIK RINJANI?

Pagi ini kami sarapan di rumah pak guru dengan tarif yang lupa, tapi masih keitung murah buat pasangan low budget ini. Lalu keluar dari rumah pak guru, dan lihatlah apa yang terjadi. Kami heboh sendiri. Rinjaninya keliatan jelasssss banget. karena kemarin kami nyampe sini udah petang jadi ga keliatan apa-apa. Dan pagi ini, dengan pemandangan indah itu, tekanan jiper semakin berlipat-lipat-lipat-lipat melebihi lipatan perut si itutu...
sarapan nasgor ditemani tas masing-masing sebelum mendaki




Setelah sarapan kami menuju pos pendaftaran pendakian yang letaknya ga jauh dari tempat pak guru. Tak dinyana duit kami kurang buat daftar jadi kami ambil atm di warung terdekat. Lucu deh ambil atmnya, jadi sistemnya kita kek debit gitu pake alat debit atm yang kek di kasir-kasir toko, trus masukin jumlah yang mau diambil, lalu cliiing kita dikasi duit sama Pak Warungnya wkwkwk. Pastinya dipajakin sekitar 10-20ribu. Makanya saran buat yang mo nek rinjani, siapkan uang cash yang cukup dan agak lebih, gak kek kami. Wkwkwk.


warung tempat "ambil" atm


My bojo daftar buat 4hari 3 malam


Pahlawan untuk 4 hari ke depan (porter): PAK ER!


Pendaftaran berlangsung cepat secepat karir Rafatar dalam dunia entertainment. Dan hati pun semakin dag dig dug. YANG BENER INI NAIK RINJANI ORANG LEMAH CEM AKU.

Huft. Lalu aku menyempatkan diri berdoa. bismillah, sepenuh hati  minta ijin sama Allah buat menapakkan kaki di ciptaanNya, Rinjani. Sampai manapun kakiku melangkah, aku ridho. Bukan puncak tujuanku, tapi bisa mengagumi keindahanNya sudah jadi hal yang sangat kusyukuri.

Selesai pendaftaran kami naik pick up menuju jalur awal pendakian sembalun, jalanan dipenuhi onak dan duri, pick up mengikuti track yang miring-miring dan kemasukan duri dari tumbuhan di samping jendela (karena jendela pick up tida bisa ditutup). Alhamdulillah pukul 08.20 WITA kami tiba di gerbang awal pendakian via Sembalun.





***

Sembalun

Mendengar namanya saja mampu membuatku seolah melihat selapang-lapangnya pemandangan hijau berbukit-bukit sambil merasai syahdunya ilalang  bergesekan dan bunyi lonceng sapi dari kejauhan. Aku tak tahu bagaimana kata dan potret mampu menjelaskan, karena bagiku pandangan mata saat itu adalah seindah-indah penjelasan. Tak mampu direkam sempurna oleh media teks maupun foto  meski kami berusaha mengabadikannya. 




...lanjut part selanjutnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Vacation ; Well spent