MURIDKU GURU



Pada pagi yang biasa, kaki-kaki kecil bergantian menaiki anak-anak tangga menuju kelas masing-masing. Di antara kaki-kaki itu, 19 pasang kaki menuju ke kelas yang sama, kelasku. Pada pemilik 19 pasang kaki itu, hariku dimulai dengan penuh warna-warni. Bersama merekalah jembatan-jembatan ilmu kami titi, kadang aku yang menuntun mereka, tapi tak jarang pula mereka yang menuntunku. Merekalah muridku, merekalah guruku.
Dan inilah kisah kami...

***

Membentuk generasi yang memiliki totalitas dalam islam...”

Setiap pagi kudengar murid-murid dari berbagai kelas menggaungkan kalimat itu, tak terkecuali murid kelasku. Itulah visi sekolah kami, visi yang mudah diucapkan, tapi sungguh berat prosesnya. Bagaimana tidak? Untuk membentuk generasi yang memiliki totalitas dalam islam sudah barang tentu para pembentuknya adalah yang telah lebih dulu memiliki totalitas dalam islam. Sedangkan aku sebagai perantara pembentuknya, masih perlu membenahi banyak hal, masih perlu mempelajari banyak hal pula.

Pada lingkaran-lingkaran yang kami buat tiap pagi, aku belajar dari mereka untuk tidak lelah mengulang hafalan Al-Qur’an. Tidak pernah ada kata-kata “kok murojaah terus bun?”. Kegiatan yang mungkin tak mereka pahami bahwa dalam murojaah itu aku yang auditory ini diuntungkan banyak hal dari mendengarkan mereka. Rajutan hafalan merekalah yang membuat ayat-ayat Allah melekat di ingatanku. Semoga begitu pun dengan mereka, semoga murojaah yang dilakukan bersama menjadikan mereka bidadari-bidadari bermahkota yang sinarnya menyilaukan seluruh penduduk semesta kelak di akhirat.

Pada lingkaran yang sama pernah aku dan muridku membahas tentang kepedulian. Kusampaikan pada mereka bahwa ketika melihat teman atau orang lain yang kesulitan tidak sepantasnya kita duduk saja. Kukatakan pada mereka “Bergegaslah nak, ambil pahalamu di sana dengan meringankan bebannya”. Kupandangi satu-satu wajah muridku saat itu, kulihat semua pasang mata itu tertib mendengarkan lalu beristigfar bersama karena merasa belum menjadi pribadi yang peduli. Nak, pada istigfar kalianlah bunda merasakan energi yang menyejukkan. Semoga Allah senantiasa melembutkan hati kita untuk peka terhadap lingkungan di sekitar kita serta memudahkan langkah kaki kita untuk sigap membantu. Dan benar saja setelah lingkaran kuakhiri, salah satu murid sibuk mencari sapu untuk membersihkan kotoran kandang hamster kami yang tidak sengaja dijatuhkan oleh salah satu murid sesaat sebelum lingkaran pagi kumulai namun tak ada yang membantu membereskan. Terima kasih Nak, sudah memperlihatkan kepada bunda tentang berlapang dada untuk menerima nasehat.

Di lain kesempatan, pada pelajaran-pelajaran yang kita lalui bersama, aku selalu ingat betapa semangatnya mereka mengacungkan tangan untuk menanyakan atau sekadar bercerita hal berkaitan pelajaran yang mereka temui. Meski terkadang setelah kutunjuk untuk berbicara, beberapa murid melenceng jauh dari materi. Namun, disitulah kita saling mengingatkan. “Bun, tadi kita bicarakan apa kok sampai sini?” begitu ucap salah seorang di antara kalian. Begitu banyak yang ingin kalian sampaikan, begitu banyak pula yang ingin kalian tanyakan, maka saat itu pula bunda belajar berpikir keras mencari padanan kata yang sesederhana mungkin untuk dipahami, belajar mendengarkan,belajar  saling menginatkan dan tentu saja belajar tentang semangat memahami hal-hal baru.

Mempelajari hal baru mengingatkanku pula pada kali pertama mendapatkan nama-nama murid yang akan kuajar selama setahun. Nama-nama baru yang asing untukku, begitu pun murid-muridku juga merasa asing denganku. Tapi pada detik-detik yang telah berlalu, kami tidak saling menyerah untuk saling memahami.  Aku berusaha mengenal 20 orang baru dengan berbagai karakter yang berbeda dan mereka dengan 1 guru yang baru bagi mereka. Terkadang proses tak berjalan mulus, rasa kesal antar murid, omelan sang guru (aku) yang mungkin pernah membuat mereka tak nyaman. Alhamdulillah telah terlalui,hingga kini tak terasa telah 1 tahun lebih aku bersama nama-nama yang kala itu asing. Dalam rentang waktu itu pula, betapa kehilangan salah satu dari murid untuk pindah ternyata membuat mataku basah dan nyatanya tak hanya basah  padaku tapi pada yang lain juga. Hati-hati yang tertaut melalui hari-hari bersama menjadikan kita satu bangunan yang utuh. Bangunan yang semoga sampai kapanpun tidak akan merusak bagian bangunan lainnya.

***

“Dan siap menghadapi masa depan...”

Begitulah penutup visi sekolah kami yang setiap hari digaungkan bersama di tiap lorong depan kelas masing-masing, penutup yang bila didengar baik-baik maka tak kalah rumitnya dengan visi sebelumnya karena berhadapan dengan hal yang gaib atau hal yang masih misteri di depan sana. Maka dari visi inilah para guru hendaknya mengingat wasiat Rasulullah saw untuk dijadikan acuan membersamai murid:

“Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku (hadits).” (H.R Malik; Al-Hakim&Baihaqi)

Ternyata memang dua perkara inilah yang menjadi pondasi. Dengan Al-Qur’an dan Hadits maka tersambunglah benang-benang merah pelajaran yang kami pelajari bersama. Tak hanya itu, berbagai persoalan tentang pertemanan maupun akhlak yang kerap mereka perlukan sungguh terangkum jelas dalam kisah-kisah heroik dan petuah-petuah Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.

Pernah kukatakan pada muridku “Nak, pernahkah satu kali saja kalian menemukan Rasulullah mengatakan hal yang tidak baik untuk orang yang menyakitinya?” ia menggeleng.

 “Lalu jika salah satu diantara kita mengucapkan hal yang tidak baik ketika kesal diganggu teman atau mungkin kesal kalah main game, maka umat siapa kah orang itu?” lanjutku. ia hanya terdiam.

Setelah kuakhiri murid tersebut merobek kertas yang aku tahu ada kata-kata tidak baik yang ia tujukan untuk temannya karena kesal.Maka sekali lagi aku belajar dari muridku, tentang kelapangan hati menerima nasehat dan berusaha membuang hal yang tak baik yang ada pada dirinya.

Aku dan muridku, meski terpaut umur yang jauh, meski tiap hari selalu ada drama mengaduk emosi, namun pada mereka lah aku belajar menjadi manusia yang lebih baik dari aku yang sebelumnya.

Selamat hari guru, untuk guru terbaik bunda setahun lebih ini! you know how much i love you nak! 

Kelas 4D 2018/2019
Kelas 5D 2019/2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Vacation ; Well spent

Menjadi aku