Sudah cukup
Perjalananku berbeda dengan perjalananmu. Yang kau lihat di jalan tak sama dengan yang kulihat meski kita di kendaraan yang sama.
Apalagi yang kurasakan, tak akan bisa sama persis dengan yang kau rasakan, meski kau dan aku memutuskan untuk menyatukan frekuensi.
Akan ada perasaan berbeda melihat pemandangan yang sama..
Karena semua dipengaruhi latar belakang dan pengalaman kita sebagai individu yang berbeda.
Tentunya yang kulihat dan kurasakan tak mungkin pula kupaksakan untuk kau pahami.
Sekadar menyampaikan dan bercerita tanpa memaksamu untuk memakai kacamataku, sudah cukup bagiku.
Bersamamu dalam kendaraan yang sama. Sesekali kau pegang tanganku seperti dahulu sambil bercerita atau menyanyikan lagu yang kita sama-sama familiar, sudah cukup bagiku.
Melihatmu memegang kemudi, sambil sesekali kucuri-curi pandang melihat setiap lekuk wajahmu dan mata yang berbinar itu, sudah sangat cukup bagiku.
Tapi ini bukan hanya tentang perjalanan berkendara bersama.. melainkan lebih dari itu.
Kendaraan menuju keabadian.
Semuanya sudah terasa sangat cukup, masih ditambah pula hal-hal lain yang kau lakukan padaku. Tiba-tiba membelikanku sepatu, mentraktir makan, dan mengajak pergi bersama. Bagiku adalah kemewahan tiada tara.
Seharian ini aku banyak menangis. Perasaanku campur aduk saat kau tinggal pergi. Tak bisa kuungkapkan dengan kata yang tepat. Ada khawatir, was-was, takut, dan juga sedih. Perasaan-perasaan yang menguras diriku.
Aku tak punya senjata lain selain doa. Semoga doaku selalu memelukmu erat. Ratusan maupun ribuan kilometer dari tempatku kini, tapi kamu selalu tahu tempatmu tak pernah berubah.. di suatu tempat yang akrab kita sebut… rindu.
Nsd
4 feb 2025
Komentar
Posting Komentar