Keyakinan (copas)

Dimana lagi kita harus mencari kesabaran, selain di ruang tunggu yang tak berkesudahan? Tunggu yang selalu mengawali satu-persatu kehendak-Nya tiba, tunggu yang antri bergantian untuk mengantarkan kita dari satu takdir ke takdir yang lainnya, tunggu yang setia menunggu. Disuguhinya kita dengan degup-degup kecemasan, dengan binar-binar harapan, dengan serpihan-serpihan kebingungan, dengan bongkah-bongkah keraguan, dengan serangkaian ketidakpastian, dengan kesedihan serta kegembiraan yang silih berganti. Yang semuanya memang harus disantap dengan penuh keyakinan; bahwa Dia sudah mempersiapkan yang terbaik untuk setiap episode kehidupan kita, dan tentu saja sesuatu yang terbaik itu, akan didapatkan dengan usaha terbaik juga, harus dihadapi dengan penyikapan terbaik pula. Karena jika tidak, kita tidak pernah merasa kalau itu adalah yang terbaik bagi kita.

Dimana lagi kita bisa memanen kesabaran, selain di ladang ujian yang tak terperikan? Ujian yang seringkali datang tiba-tiba, ujian yang tak pernah terbayangkan, ujian yang sebenarnya selalu ada dalam kehidupan kita. Diparasitinya kita dengan keluh kesah, dipupukinya kita dengan rasa kecewa, disuburkannya kita dengan rasa bersalah, ditanaminya kita dengan rasa sesal, disiraminya diri kita dengan sifat lemah, digoyahkannya hati kita dengan banyak prasangka. Yang kesemuanya bisa kita lewati dengan baik, jika kita punya akar keyakinan yang kuat. Keyakinan, bahwa Dia tidak akan pernah menguji kita dengan beban yang lebih berat dari kapasitas kekuatan kita. Dan jikapun kita sesekali gagal dalam mengemban ujian tersebut, mungkin itu bukan ujian yang sebenarnya. Tapi hanya salah satu cara-Nya untuk memperkuat kita, agar kita bisa lebih siap lagi untuk menghadapi ujian-ujian yang selanjutnya.

Dimana lagi kita temukan tarian indah kesyukuran, selain pada hujan nikmat yang mendera. Nikmat yang seringkali tak kita sadari, nikmat yang tak pernah kita minta, nikmat yang datang dengan begitu saja, nikmat yang ada dalam setiap desahan nafas. Digerimisinya kita dengan kasih sayang, dibasahinya kita dengan kebahagiaan, digemericikinya urusan kita dengan banyak kemudahan, dirintikinya kehidupan kita dengan banyak pertolongan, diselimutinya hati kita dengan kecukupan, dihangatkannya hati kita dengan rasa nyaman. Yang kesemuanya itu, akan kita rasakan, jika kita bernaung di bawah langit keyakinan. Keyakinan, bahwa Dia akan senantiasa menambah nikmat orang-orang yang bersyukur. Tidak selalu dari segi kuantitas, bisa saja dari segi kualitas. Bisa saja apa yang dimiliki tidak bertambah, atau bahkan berkurang. Tapi rasa syukurnya yang bertambah, kenikmatannya yang semakin berkualitas. Karena bersyukur, bukan masalah sebarapa banyak yang kita punya, tapi kemampuan kita untuk menikmati apa yang sudah kita punya.

Dimana lagi kita jumpai ketenangan, selain pada hati yang terikat pada-Nya. Ikatan yang kita jalin dengan usaha, ikatan yang kita sambung melalui doa, ikatan yang kita rekatkan dengan ayat-ayat-Nya, ikatan yang kita kuatkan dengan perintah-Nya, ikatan yang kita kencangkan dengan banyak kebaikan. Ikatan keyakinan, bahwa Dia bukanlah pelupa, bahwa Dia akan selalu menepati janji-janjiNya, bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan kita, bahwa Dia punya maksud, dan pasti itu baik.

***

“Ah, apa yang sebenarnya sedang kamu bicarakan?”
“Bukan apa-apa, kita hanya sedang membicarakan tentang iman.”

___ Diorama, Nazrul Anwar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Vacation ; Well spent