Jatuh

Tempo lalu saya membaca status teman di path, dia mengatakan bahwa dia merasa beruntung sekali punya org tua yg tidak pernah membiarkan dia belajar sepeda motor krn dia baru saja melihat seorang pengendara motor jatuh dan tampak sangat menyakitkan.

***

Ahad pagi ini (22/3) saya berkesempatan nyupirin bapak ibu dari Semarang ke desa mereka, Temanggung. Di Temanggung, saya sekali lagi berkesempatan 'nyupirin' ibu pake motor.. Karena jalanan desa yg sempit dan super nikung jadi mobilitas di sana paling cepet ya pake motor.. Meminjam motor punya pakde, kami berkendara silaturahim ke tempat saudara lainnya..

Kami pergi berempat menggunakan dua motor. Pakde dibonceng bapak, sedangkan Ibu dibonceng saya. Di awal perjalanan ibu kuat sekali memegang pinggang saya, apalagi setiap belokan, tangan ibu mengarahkan badan saya buat belok. Panik bangetlah, maklum beliau udh lama bgt gak berkendara pake motor. 

10km berkendara dengan jalur yg naik turun berkelok2, akhirnya saya berhasil bikin tangan ibu melepas pinggang saya dan dudukan belakang ga terlalu berat. Hihi buat orang yg bawa motor kepercayaan dari orang yg duduk di belakang sangat berpengaruh buat ringan atau beratnya bawa motor.. 

begitulah ibu, meski takut, tapi ibu selalu percaya saya bisa..


***
Bertahun sebelum saat ini..
Saat itu saya kelas 3 SD dan mati-matian belajar naik sepeda roda dua. Lecet dan lebam menghiasi kaki saya.. Ibu hanya melihat dr kejauhan dan terlihat santai saja dgn luka dan akting lebay kesakitan saya. 
Termasuk saat belajar naik motor saat SMP. Berkali-kali jatuh dan beberapa kali tertiban motor, ibu tidak pernah melarang saya untuk berhenti.

Perkara sepeda motor.. Teman yg pernah satu atap bersama di kosan dan teman kuliah pastilah tau, betapa gak asingnya ada berita saya kecelakaan. Tujuh kali selama SMA dan kuliah di Jatinangor, saya mengalami kecelakaan yg hampir semuanya krn ditabrak. Dan alhamdulillah badan kurus dan tulang ringkih ini selalu baik-baik saja hanya berdarah-darah di awal.. Dua dari 7x itu membuat ibu menyusul saya ke Bandung.. Tp tak pernah sekalipun ibu melarang untuk berkendara lagi.. Pun saya, tak pernah satu kali pun merasa trauma.

***
Jika teman saya bersyukur krn tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan sakit2nya bermotor.. Saya juga bersyukur.. Bersyukur sekali karena punya ibu yg rela melihat anaknya jatuh berkali-kali.

Saya belajar ada dua hati yang berusaha tegar saat itu.. Bukan hanya saya yg berusaha untuk bangkit, ibu juga berkali-kali harus meneguhkan hatinya. Saya belajar ibu bukan tak peduli, ibu percaya bahwa saya bisa sekaligus membuat saya belajar mencintai resiko dengan berkali-kali jatuh dan bangkit melewatinya...

begitu pula mungkin terhadap cobaan yg berkali-kali datang menghampiri.. Allah bukan tak peduli, Allah bukan tak sayang..

Terlalu banyak kepedulian yang mungkin datang berupa kerelaan untuk merasa sakit dan bangkit dari rasa sakit itu.. Terlalu banyak kasih sayang yang mungkin ditunjukkan lewat proses-proses yang tak mudah tapi membentuk jiwa kita lebih kuat.

Semoga Allah menguatkan langkah-langkah yang telah berkali-kali jatuh.. Percayalah, yang datang pada kita sudah sesuai kemampuan, namun terkadang tak sesuai kemauan..

kita cuma butuh terbiasa menguatkan diri.. :')










Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Vacation ; Well spent