Cinta yang tak dicinta

Baru kemarin rasanya aku memberitahu Imaz tentang permasalahan yang kerap teman-temannya adukan padaku. Lalu sekarang aku merasakan di posisinya.

***
Hari itu kulihat Imaz lemas sekali tak seperti biasanya. seharian diam, tak bersuara. Jauh berbeda seperti hari sebelumnya yang selalu aktif di kelas. Bahkan saat bermain game pun ia hanya menunduk lesu.

"Sakit kah nak?" tanyaku
"Ngga bun" jawabnya singkat
"Trus kenapa kok kelihatan lemes sekali hari ini"
"Ngga papa bun..." singkat lalu beralih pergi.

Aku melongo bingung. Gini amat punya anak cewe. hihihi. semisterius diri sendiri padahal.

Kemudian kucaritau dari teman-teman lainnya ada apa gerangan Imaz kenapa berubah hari ini. Ternyata Imaz lelah jadi orang yang "gak disukai" karena terlalu sering "mengingatkan" temannya.

MasyaAllah..
Ya, dialah Imaz. Anak perempuan yang memiliki karakter kuat, terlihat dari pertama kali bertemu. Pandangan mata yang tajam, suara yang lantang, dan gaya bicara yang sangat percaya diri. Hampir selalu menjadi pemimpin di setiap kelas maupun kegiatan. Dan tak pernah takut mengingatkan teman jika tidak tertib atau melakukan kesalahan.

Gadis itu terdiam seribu bahasa karena kelelahan dengan respon orang terhadapnya.
Kupikir langkahnya tak akan surut, tapi hari itu menjadi bukti bahwa ada kalanya diri lemah terhadap penilaian orang.

Hari yang sama sepulang sekolah kuajak bicara berdua saja. Airmatanya mengalir. Berulang kali berusaha untuk berkata "tidak terjadi apa-apa". Lalu kupandang matanya dan memintanya memandangku. Kutekankan bahwa apa yang ia lakukan sudah benar. sangat benar. 

Hanya caranya yang salah.

Ia dahulukan emosinya dibanding isi pesan yang ingin ia sampaikan ke orang lain.
lalu kami mencari solusi bersama dengan membayangkan bagaimana jika diri sendiri yang salah dan diingatkan orang. cara apa yang paling disukai?

Imaz pun mengangguk. Ia berkata akan berusaha menjadi orang yang mengingatkan dengan cara menyenangkan.

Satu potong kisah yang berarti buatku. 
Karena kemudian membuatku memutar ulang episode itu di kala diri dilanda hal yang sama.

***

Saya berusaha memberitahu teman tentang sesuatu yang tadinya tidak saya tau.. dan saya pikir baik jika saya beritahu padanya.

nyatanya.. saya harus menanggung resiko seprti Imaz. terlalu banyak mengingatkan itu memuakkan bagi orang lain.

Ironisnya.. terkadang orang-orang yang mendiamkan sikap yang salah namun malah membicarakan keburukan dibelakang justru lebih diterima oleh masyarakat.

lalu kemudian saya teringat.

informasi telah disampaikan.. tanpa amarah.. tapi mungkin masih ada yang salah, bisa jadi pemilihan kata yang tidak tepat atau timing yang salah.

Maka..

disini saya merasa rasa sayang saya mengingatkan.. harus sejenak diganti diam.
dan saya pun berjanji pada diri saya, semenyakitkan apapun cara orang mengingatkan.. itu adalah bentuk sayangnya pada saya. saya harus melatih mental saya untuk menerima. Dan tentunya belajar seperti Imaz, mencari tahu apa yang salah, sudahkah menyampaikan pesan di atas amarah. PR banget nih. karena terkadang udah kesel duluan liat sikap salah orang (Asli ga sabaran wkwkwk). Atau sudahkah memilih kata yang baik saat mengingatkan?



hihihi terima kasih nak untuk pelajaran hidupnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Vacation ; Well spent

Menjadi aku