Jangan sampai

Pada suatu sore, ibu mertuaku meminta aku dan suamiku membeli bandeng bakar untuk makan malam di hari itu. Aku dan suamiku pun berangkat ke tempat kami biasa beli bandeng bakar. Tak jauh dari rumah mertuaku, karena kami sudah beberapa kali ke sana maka kami tau kalau proses masaknya sangat lama. Oleh karenanya, sesampainya di sana kami memesan lalu ditinggal untuk diambil nanti.

selama meninggalkan warung bandeng tersebut kami bingung, enaknya kemana ya..
akhirnya beli lah salome, jajan boba murah, jalan-jalan ke sumber rejo dan sekitarnya.. hingga rasa-rasanya udah cukup lama dan sudah menjelang adzan magrib. Kami pun mengarahkan tujuan ke warung bandeng tersebut.

Tepat saat adzan magrib berkumandang, kami tiba di warung tersebut untuk mengambil pesanan.
Saat pesanan akan diserahkan, seorang perempuan datang untuk mengambil pesanan tersebut.

Aku pun bingung, jadi ini pesanan siapa?
Perempuan yang datang setelah aku dan berkata "ini pesanan saya kan? kalau bukan punya saya, saya ga jadi pesen karena udah magrib"

Penjual bandeng pun menyerahkan pesananku kepada perempuan tersebut.

Aku diam saja melihat.

Sesaat setelah perempuan tersebut melakukan pembayaran dan meninggalkan warung, penjual tersebut berkata, "Sebenernya itu pesenan mbak, tapi saya kasikan ke mba-mba yang tadi datang karena dia maksa. Suami saya belum bikinkan punya mba tadi karena datangnya baru-baru aja.. Punya mba saya bikinkan lagi ya?" tanyanya padaku.

aku diam saja dan berjalan ke arah suamiku di luar warung.

kuceritakan punya kita dikasikan ke mbak yang tadi, jd ini mau dibikinkan lagi.. suamiku kaget karena sudah lama sekali meninggalkan pesanan untuk diambil. Tapi mau gimana lagi, itu pesanan Ibu kami.

sekitar 20-30 menit kami menunggu..
akhirnya jadilah pesanan kami.

Aku sadar saat itu aku tersulut marah karena ketidakadilan..
lalu saat hendak membayar kukatakan pada penjual

"Mbak, sebaiknya kalau ada kejadian kayak saya, mbak pilih yang adil.. siapa duluan yang pesan, itu yang dikasi.. sebenernya mbak yang tadi ga maksa, cuma memberi pilihan karena sudah magrib, tapi mba malah gamau rugi lalu tetap memberikan pesanan ke orang yang baru datang. Kan ga adil. Kalau ini bukan pesanan Ibu saya, udah saya cancel dari tadi juga mba"

saking marahnya aku pun ga nyadar kalau beliau kasi kembalian kelebihan sebagai kompensasi. 

Aku pun mengatakan dalam hati berjanji itu adalah pembelian terakhirku disitu.

***
Karena letaknya tak jauh dari rumah mertua, maka hampir setiap hari warung itu kulewati..
Awal-awal melewati warung itu dan terlihat sepi dalam hatiku "tuh kan sepi.. itu sih ga adil"

tapi setelah beberapa kali melewati dan tetap sepi..

rasanya ada yang salah sama diriku...

jangan-jangan diam-diam aku mendoakan biar sepi..

rasanya hati ini jahat sekali..

apakah ketika aku merasa tidak adil lalu membenarkan doa yang buruk?

kenapa aku jahat sekali diam-diam mendoakan hal yang buruk..

lalu aku sadar..

Jangan sampai suatu hal diserahkan padaku.. pada manusia yang lemah ini.. ketika sedang marah..

***

Maka sejak tersadar itu.. setiap melewati warung tersebut, aku berdoa ya Allah semoga Allah berkahi warung tersebut dan lariskan dagangannya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

Menjadi aku

Vacation ; Well spent