Menelusuri Diri #2


Awalnya.. Kupikir mungkin harga diriku dibatasi oleh punya atau tidaknya anak.

Atau bisa jadi harga diriku juga ditentukan oleh cantik atau tidaknya rupaku.


Lalu.. 


Aku mencari-cari alasan bahwa keberadaanku cukup berharga. Aku mencari-mencari makna diriku untuk melanjutkan hidup. Hal yang cukup membuatku kesulitan tempo lalu.


Betapa baiknya Allah.. akhirnya aku dihadapkan pada hal-hal yang membuatku putus asa. Setiap melangkah bagai ditusuk dari belakang. Tak tahu harus kemana. Tak tahu harus bicara pada siapa. Satu-satunya orang yang bisa membuatku normal lagi, justru tidak nyaman jika kuajak bicara tentang hal tersebut. Lalu aku sadar.. tak ada tempat bergantung. Yang membuatku tersungkur betapa lemahnya aku, dan betapa Maha Besarnya Allah.


Kupikir saat itu adalah akhir dari perjalananku. Ternyata.. Babak baru dalam hidupku. Bahwa aku masih harus hidup sekali lagi. Bahwa aku harus menumbuhkan yakin dalam hatiku.


***

Aku banyak menangis kala itu. Di sekolah, di

motor, di rumah, dimana saja. Rasa-rasanya hatiku sakit sekali..


Tak ada sebab apapun.. airmataku mengalir.

Mungkin bagi orang lain ini aneh.


Pun bagiku. Aneh sekali. Bertemu dengan murid-murid biasa saja, tapi entah kenapa beberapa saat kemudian airmataku bisa menetes..tanpa komando.


Mereka bingung. Aku pun bingung.



***

Aku belajar bahwa punya anak atau tidak, bukan jaminan orang akan menghargai mu.

Bukan jaminan orang akan terus berada bersamamu.

Aku belajar bahwa jelitanya rupa juga tak menjamin orang tidak akan menyia-nyiakanmu.


Aku belajar.. bahwa kesalahan seseorang.. sangat bisa disampaikan dengan cara baik-baik.. alih-alih mencari tantangan lain yang justru menyakiti..


Aku belajar.. bahwa memaafkan ternyata bukan hanya karena kesalahan itu pantas dimaafkan..

Tapi karena ada jiwa yang harus hidup kembali.. yang dadanya terlalu sesak menampung sakit hati dan kecewa.


Aku belajar bahwa memegang erat komitmen adalah milik mereka yang menjaga ingatan manisnya memulai..


Aku belajar bahwa yang terkuat bukanlah yang melatih fisiknya setiap hari.. namun mereka yang memaafkan setulus hati.


Aku ingin hidup sekali lagi..


Aku menerima takdirku dan akan kuhadapi.


Asal jangan Kau tinggalkan aku Allah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trying To Conceive (TTC) Journey ; Hai Polyps!

By The sun and the morning in its blazing glory

Amor Fati